Pertarungan Klasik Dua Rival Ibu Kota
Pertandingan antara Arsenal dan Chelsea di Emirates Stadium pada pekan ke-28 Liga Inggris 2025/26 menghadirkan tensi tinggi dan kualitas sepak bola yang luar biasa.
Arsenal berhasil keluar sebagai pemenang dengan skor 2–1, berkat gol penentu Gabriel Martinelli di menit ke-83 yang memecahkan kebuntuan dalam laga penuh drama.
Kemenangan ini tidak hanya memberi tiga poin penting bagi The Gunners, tetapi juga menegaskan dominasi mereka di ibu kota London.
Dengan hasil ini, Arsenal tetap menempel ketat Manchester City di perburuan gelar Premier League.
Babak Pertama: Chelsea Mengejutkan Tuan Rumah
Meski bertindak sebagai tim tamu, Chelsea tampil berani sejak awal pertandingan.
Pelatih Rúben Amorim menurunkan formasi 3-4-3 yang fleksibel, menekan tinggi dan menutup ruang gerak lini tengah Arsenal.
Hasilnya, mereka membuka keunggulan lebih dulu pada menit ke-17 lewat gol Cole Palmer, yang memanfaatkan kesalahan operan William Saliba dan menaklukkan David Raya dengan penyelesaian klinis.
Arsenal sempat tertekan selama 20 menit pertama, namun mulai menemukan ritmenya setelah Martin Ødegaard dan Declan Rice mengontrol tempo di lini tengah.
Beberapa peluang tercipta lewat Saka dan Trossard, namun kiper Đorđe Petrović tampil gemilang dengan serangkaian penyelamatan penting.
Babak pertama berakhir dengan keunggulan 1–0 bagi Chelsea.
Babak Kedua: Arteta Ubah Taktik, Arsenal Balikkan Keadaan
Memasuki babak kedua, Mikel Arteta melakukan perubahan signifikan dengan memasukkan Gabriel Jesus menggantikan Trossard dan mengubah formasi menjadi 4-2-3-1.
Perubahan ini langsung berdampak positif: pada menit ke-58, Bukayo Saka menyamakan kedudukan lewat tembakan melengkung indah setelah memanfaatkan bola dari Ødegaard.
Setelah gol tersebut, Arsenal semakin dominan. Mereka menguasai bola hingga 69%, menekan Chelsea yang mulai kelelahan menjaga intensitas.
Gol kemenangan akhirnya datang di menit ke-83.
Gabriel Martinelli, yang baru masuk menggantikan Jesus, memanfaatkan umpan silang Ben White dan menembak keras ke sudut kiri gawang — tak terjangkau oleh Petrović.
Gol itu disambut gemuruh luar biasa dari tribun Emirates Stadium. Arsenal berhasil membalikkan keadaan menjadi 2–1 dan mempertahankan keunggulan hingga peluit akhir.
Kunci Kemenangan: Tekanan dan Konsistensi
Arsenal kembali menunjukkan karakter tim besar: tidak panik meski tertinggal, tetap disiplin menekan, dan memanfaatkan momen dengan sempurna.
Statistik menunjukkan bahwa The Gunners menciptakan 17 tembakan, dengan 8 di antaranya tepat sasaran, sementara Chelsea hanya mampu membuat 4 peluang berbahaya sepanjang laga.
Declan Rice menjadi pemain terbaik dalam pertandingan ini.
Ia bukan hanya menutup ruang bagi serangan balik Chelsea, tetapi juga menjadi penghubung vital dalam setiap transisi serangan Arsenal.
“Rice adalah fondasi kami,” ujar Arteta seusai pertandingan. “Tanpa dia, kami tidak akan bisa menjaga keseimbangan tim dengan sempurna.”
Chelsea Gagal Pertahankan Fokus
Rúben Amorim mengakui timnya tampil baik di babak pertama, namun kehilangan kontrol di paruh kedua.
“Kami mengawali dengan luar biasa, tapi intensitas Arsenal di babak kedua sulit dibendung. Kami kehilangan momentum,” ujarnya kepada BBC Sport.
Meski kalah, Chelsea tetap mendapat pujian karena tampil dengan semangat tinggi dan berani menyerang di markas rival beratnya.
Beberapa pemain muda seperti Palmer dan Madueke mendapat nilai plus atas permainan energik mereka.
Dampak di Klasemen
Kemenangan ini membuat Arsenal tetap berada di posisi kedua klasemen dengan 62 poin, hanya terpaut satu angka dari Manchester City.
Sementara Chelsea turun ke peringkat kedelapan dengan 42 poin, namun masih berpeluang besar lolos ke kompetisi Eropa jika konsistensi mereka terjaga hingga akhir musim.
Atmosfer Panas di Emirates Stadium
Seperti layaknya Derby London, atmosfer di Emirates Stadium sangat panas.
Dari awal laga, chant dukungan untuk Arsenal menggema di seluruh stadion, menciptakan tekanan besar bagi Chelsea.
Setelah peluit akhir, ribuan fans menyanyikan “We’ve got super Mik Arteta!” dengan bangga, menggambarkan rasa percaya diri bahwa musim ini mereka benar-benar siap bersaing untuk gelar juara.
Kesimpulan
Arsenal sekali lagi membuktikan diri sebagai tim yang matang secara mental dan taktis.
Mereka tidak hanya mengandalkan bakat individu, tetapi juga kekuatan kolektif yang kuat di bawah arahan Arteta.
Sementara Chelsea menunjukkan tanda-tanda positif dalam proyek Amorim, namun masih harus belajar mempertahankan konsentrasi penuh selama 90 menit.
Kemenangan 2–1 ini menjadi bukti bahwa Arsenal siap menantang City hingga akhir musim, dan Derby London kali ini akan dikenang sebagai salah satu pertandingan paling intens dalam sejarah rivalitas kedua klub.